Sabtu, 01 Maret 2014

Askep Hernia






KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
  H E R N I A 



OLeh :


FADLI
13 14 201 007


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) BONE
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
WATAMPONE
2013



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR  ……………………………..………………         i
DAFTAR ISI  ……………………………………………….............        ii

HERNIA
A.    Pengertian  ………………………………………………….       1
B.     Macam – macam hernia. ……………………………………       1
C.     Etiologi  ……………………………………………………..      2
D.    Patologi anatomi  ……………………………………………       2
E.     Tanda dan gejala  ……………………………………………       3
F.      Penatalaksanaan.  ....................................................................      3
konsep keperawatan
A.     Pengkajian ................................................................................     5
B.     Diagnosa keperawatan .............................................................      6
C.     Tujuan   ....................................................................................      6
D.    Perencanaan ..............................................................................     6
E.     Kriteria Evaluasi .......................................................................       6

Daftar Pustaka ......................................................................................         11
 

HERNIA

A.    Pengertian

            Hernia adalah prostrusi dari organ melalui lubang defektif yang didapat atau kongenital pada dinding rongga yang secara normal berisi organ.Distillate hernia berasal dari bahasa Yunani “ERNOS” yang berarti penonjolan.

A.    Macam – macam hernia.
Ditinjau dari letaknya, hernia dibagi menjadi 2 golongan :
1.      Hernia eksterna.
Hernia yang tonjolannya tampak dari luar yaitu hernia inguinalis lateralis (indirek), hernia inguinalis medialias (direk), hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia supra umbilikalis, hernia sikatrikalis, dan lain – lain.
2.      Hernia interna
Hernia yang tonjolannya tidak tampak dari luar, yaitu hernia obturatorika, hernia diafragmatika, hernia foramen Winslowi dan hernia ligamen treitz.
Hernia inguinalis lateralis  inakserata merupakan hernia yang sering atau paling banyak didapat terutama pada laki – laki, dengan bentuknya bulat lonjong. Disebut inkaserata karena hernia yang isi kantongnya tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai gangguan passage dan atau vaskularisasi.

B.     Etiologi
Penyebab terjadinya hernia ada dua yaitu :
3.      Kongenital
Terjadi sejak lahir.
4.      Didapat (acquired)
Terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses kencing (hipertropi prostat, striktur uretra), ascites dan sebagainya.
C.    Patologi anatomi
Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritoneum, isi hernia yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ intraperitoneal lain atau organ ekstraperitoneal seperti ovarium, apendiks divertikel dan buli – buli. Unsur terakhir adalah struktur yang menutupi kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus atau organ -  organ lain misalnya paru dan sebagainya.
Pada hernia inguinal lateralis (indirek) lengkung usus keluar melalui kanalis inguinalis dan mengikuti kora spermatikus (pria) atau ligamen sekitar (wanita). Ini diakibatkan gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup testis turun ke dalam skrotum atau fiksasi ovarium.
Pada pertumbuhan janin (+ 3 minggu) testis yang mula – mula terletak di atas mengalami penurunan (desensus) menuju ke skrotum. Pada waktu testis turun melewati inguinal sampai skrotum prossesus  vaginalis peritoneal yang terbuka dan berhubungan dengan rongga peritoneum mengalami obliterasi dan setelah testis sampai pada skrotum, prossesus vaginalis peritoneal seluruhnya tertutup (obliterasi). Bila ada gangguan obliterasi maka seluruh prossesus vaginalis peritoneal terbuka, terjadilah hernia inguinalis lateralis.  Hernia inguinalis lateralis lebih sering didapatkan dibagian kanan (+ 60 %). Hal ini disebabkan karena proses desensus dan testis kanan lebih lambat dibandingkan dengan yang kiri.
D.    Tanda dan gejala
Pasien mengeluh benjolan pada lipat paha atau perut di bagian bawah. Benjolan dapat keluar dan masuk di daerah kemaluan, kadang – kadang terasa kemeng. Bisa terjadi obstruksi usus seperti bising usus nada tinggi sampai tak ada, mual dan muntah.

E.     Penatalaksanaan.

1.      Manajemen medis
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah :
a.       Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak – anak karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
b.      Herniorrhaphy : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis inguinalis.
Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak dilakukan pembedahan, dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss). Sabuk itu dipakai waktu pagi dimana penderita aktif dan dilepas pada waktu istirahat (malam).

2.      Manajemen keperawatan
c.       Pre operasi :
Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan (pembengkakan) di daerah inguinal, cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan penanganannya. Pengkajian juga ditujukan pada riwayat.
Diagnosa keperawatan : masalah keperawatan yang bisa muncul adalah gangguan kenyamanan, kecemasan, kurang pengetahuan dan resiko tinggi terjadi reinkarserata.
Intervensi keperawatan (secara umum) ; beri posisi kepala tempat tidur ditinggikan, bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali secara manual, anjurkan menggunakan sabuk hernia, beri analgesik sesuai advis, hindari manuever yang bisa meningkatkan tekanan intraabdominal : batuk kronik, angkat berat, mengedan secara kuat dan anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yang bengkak.

d.      Post operasi :
Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah resiko tinggi infeksi, masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka operasi, dan pendidikan pasien untuk perencanaan pulang.




konsep keperawatan



  1. Pengkajian

Riwayat kesehatan diambil untuk mengidentifikasi awitan, durasi, dan karakteristik nyeri abdomen (nyeri bersifat hilang timbul)
a.       Obstruksi usus halus
Adanya muntah yang mulanya mengandung empedu dan mukus dan tetap demikian bila obstruksinya tinggi. Pada obstruksi ileum, muntahan menjadi fekulen yaitu muntahan berwarna jingga dan berbau busuk. Konstipasi dan kegagalan mengeluarkan gas dalam rectum merupakan gejala yang sering ditemukan bila obstruksinya komplit. Diare kadang terdapat pada obstruksi parsial. Pengkajian pola eliminasi usus mencakup karakter dan frekuensinya. Pasien dapat melaporkan gangguan pola tidur bila nyeri  dan diare terjadi pada malam hari.

b.      Obstruksi usus besar
Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi disigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri abdomen bawah.

Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus dan karakteristiknya ; palpasi abdomen terhadap distensi, nyeri tekan. Adanya temuan peningkatan suhu tubuh mengindikasikan telah ada kontaminasi peritonium dengan isi usus yang telah terinfeksi.
  1. .Diagnosa keperawatan
  •      Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan
  •     Retensi urine berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan bawah
  •       Diagnosa keperawatan kurangnya pengetahuan
  •      Resiko tinggi terjadinnya reinkarserata preoperasi

  1. Perencanaan
1.                   Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan
Tujuan ; dalam 1 jam ntervensi, persepsi subjektif pasien tentang ketidaknyamanan menurun, seperti ditunjukkan skala nyeri . indikator subjektif seperti meringis tidak ada atau menurun.
Intervensi :
  •  Kaji dan catat nyeri ; beratnya, karakter, lokasi durasi, faktor pencetus dan metode penghilangan. Tentukan skala nyeri dengan pasien, rentang ketidaknyamanan dari 0 (tidak ada nyeri) sampai 10 (nyeri hebat). Laporkan nyeri berat, menetap yang menandakan komplikasi.
  • Beri tahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang batuk, mengangkat benda yang berat. Ajarkan menekan  incisi dengan tangan atau bantal selama episode batuk; ini khususnya penting selama priode pasca operasi awal dan selama 6 minggu setelah pembedahan.
  • Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum / kompres es, yang sering diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri setelah perbaikan hernia inlingualis
  • Ajarkan pasien bagaimana menggunakan dekker (truss), bila diprogramkan, dan anjurkan penggunaannya sebanyak mungkin, khususnya jika turun dari tempat tidur. Catatan : pasang truss sebelum pasien turun dari tempat tidur.
  • Berikan analgesik sesuai dengan program yang diindikasikan, secara khusus sebelum aktivitas pasca operasi, gunakan indakan kenyamanan; distraksi, interaksi verbal untuk meningkatkan ekspresi perasaan dan menurunkan ancietas, gosokan punggung, dan tehnik reduksi stress, seperti latihan relaksasi. Catat derajat penghilangan yang didapat dengan menggunakan skala nyeri.


2.      Retensi urine berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan bawah
tujuan ;dalam 8-10 jam pembedahan, pasien berkemih tanpa kesulitan, haluaran urine ≥ 100ml selama setiap berkemih dan adekuat (kira-kira 1.000-1500 ml) selama priode 24 jam
intervensi :
  •  kaji dan catat distensi supra pubik atau keluahan pasien tidak berkemih.
  • Pantau haluaran urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering < 100 ml  dalam satu waktu
  • Permudah berkemih dengan mengimplementasikan intervensi pada retensi urine jika tepat coba tindakan non-invasif untuk mengeluarkan urine ; posisikan pasien pada posisi normal berkemih; minta pasien untuk mendengarkan bunyi air yang mengalir dan tempatkan tangan pada baskom air hangat jika tindakan ini tidak efektif coba menyiramkan air hangat diatas perineum, kecuali dikontraindikasikan . metode Cre”de (tekanan diberikan dari umbilikus sampai pubis) dapat digunakan untuk merangsang refleks berkemih yang lemah.
3.      Diagnosa keperawatan kurangnya pengetahuan
Tujuan : pengetahuan pasien dan keluarga tentang proses penyakit dan penanganannya meningkat setelah 3 kali pertemuan.
Kriteria : -    dapat menyebutkan pengertian, penyebab dan tanda/gejala
-          dapat menyebutkan penanganan bila terjadi reinkarserata
-          dapat menyebutkan aktivitas yang menyebabkan reinkarserata
-          dapat memahami pembedahan yang akan dialami
Intervensi :
  • Kaji tingkat pengetahuan pasien
Rasional : tingkat pengetahuan membantu menentukan metoda dalam memberikan pendidikan kepada pasien
  • Berikan penjelasan mengenai hernia : pengertian, penyebab dan proses serta penanganan dengan jelas.
Rasional : penjelasan yang jelas membuat pasien dan keluarga cepat memahami sehingga pengetahuan meningkat.
  • Berikan penguatan bila pasien mampu menyebutkan kembali apa yang sudah dijelaskan.
Rasional : pasien akan lebih mudah mengingat jika diberi reinforcement oleh perawat mengenai pemahamannya.
  • Anjurkan pasien untuk menanyakan kepada pasien di samping untuk berbagi pengalaman
Rasional : eksplorasi penggalaman dengan pasien lain dalam pembedahan yang sama membantu meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga

4.      Diagnosa keperawatan
Tujuan : selama menunggu jadwal pembedahan  tidak terjadi tanda dan gejala reinkarserata.
Kriteria : -     tidak mengeluh nyeri
-          tidak ada benjolan/pembengkakan di lipat paha
-          tidak mengeluh mual dan muntah
-          ADL dilakukan sesuai kemampuan pasien
Intervensi :
  • Berikan penjelasan dan monitor tanda – tanda terjadinya reinkarserata
Rasional : indikasi pembedahan elektif atau pembedahan emergensi.
  •  Observasi tanda vital
Rasional : mengetahui perubahan dan perkembangan tanda vital pasien sehingga tepat dalam menentukan tindakan selanjutnya.
  •  Anjurkan pasien untuk tidur dengan kepala tempat tidur ditinggikan.
Rasional : posisi kaki lebih tinggi dari kepala tempat tidur memungkinkan penurunan/penonjolan isi hernia berkurang.
  •  Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas harian tanpa memerlukan energi yang tinggi.
Rasional :aktivitas yg berlebihan meningkatkan tekanan intra abdominal sehingga memudahkan penurunan/penonjolan isi hernia.
  •  Anjurkan pasien untuk menggunakan celana hernia (truss)
     Rasional : celana hernia membantu mencegah turunnya isi hernia ke lipat paha.

5.      Diagnosa keperawatan .
Tujuan : setelah diberi tindakan keperawatan selama 3 jam pasien merasa nyaman (tidak merasa nyeri).
Kriteria : -    pasien rileks
-          tenang
-          tidak ada penonjolan pada daerah lipat paha
-          tanda vital dalam batas normal : Tensi 120/80, Nadi 100 x/menit, pernapasan 12 kali/menit dan suhu 373oC.
Intervensi :
  •  Kaji tingkat nyeri pasien
Rasional : pnentuan tindak selanjutnya
  • Anjurkan teknik relaksasi
Rasional : teknik relaksasi membantu mengurangi peningkatan tekanan intrabdominal
  •  Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional : membantu mengurangi atau menghilangkan nyeri
  • Dorong secara manual isi hernia agar kembali ke atas.
Rasional : mencegah terjadinya strangulasi yang bisa menambah nyeri yang dialami pasien
  •  Pertahankan sikap yang kalem
Rasional : sikap yang kalem dan lingkungan tenang membantu pasien mengontrol nyeri dan mengurangi kecemasan pasien.



Daftar Pustaka



Carpenito,J,L (1999).  ”Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan “ Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran (EGC), Jakarta 2002

D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne (1991), Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelphia

Doenges M.E. (1989)      Nursing Care Plan,            Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.

Engrand, Barbara (1999), Keperawatan Medikal Bedah, volume 4, Jakarta, EGC

Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995), “Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis”, alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran (EGC), Jakarta 2002, Jakarta

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

Senat Mahasiswa FK Unair (1996) Diktat Kuliah Ilmu Bedah 1, Surabaya

Swearingen, 2001 ” Keperawatan Medikal Bedah “  Penerbit Buku Kedokteran (EGC), Jakarta