KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
” H E R N I A
”
OLeh :
FADLI
13 14 201 007
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (
STIKES ) BONE
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
WATAMPONE
2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………..……………… i
DAFTAR ISI
………………………………………………............. ii
HERNIA
A.
Pengertian
…………………………………………………. 1
B.
Macam – macam hernia. …………………………………… 1
C.
Etiologi
…………………………………………………….. 2
D.
Patologi anatomi
…………………………………………… 2
E.
Tanda dan gejala
…………………………………………… 3
F. Penatalaksanaan.
.................................................................... 3
konsep keperawatan
A. Pengkajian
................................................................................ 5
B. Diagnosa keperawatan
............................................................. 6
C. Tujuan
.................................................................................... 6
D. Perencanaan .............................................................................. 6
E. Kriteria Evaluasi
....................................................................... 6
Daftar Pustaka ...................................................................................... 11
HERNIA
A. Pengertian
Hernia adalah prostrusi dari organ melalui lubang defektif yang didapat atau kongenital pada dinding rongga yang secara normal berisi organ.Distillate hernia berasal dari bahasa Yunani “ERNOS” yang berarti penonjolan.
A.
Macam – macam hernia.
Ditinjau dari letaknya, hernia dibagi menjadi 2
golongan :
1. Hernia
eksterna.
Hernia yang
tonjolannya tampak dari luar yaitu hernia inguinalis lateralis (indirek),
hernia inguinalis medialias (direk), hernia femoralis, hernia umbilikalis,
hernia supra umbilikalis, hernia sikatrikalis, dan lain – lain.
2. Hernia
interna
Hernia yang
tonjolannya tidak tampak dari luar, yaitu hernia obturatorika, hernia
diafragmatika, hernia foramen Winslowi dan hernia ligamen treitz.
Hernia inguinalis
lateralis inakserata merupakan hernia
yang sering atau paling banyak didapat terutama pada laki – laki, dengan
bentuknya bulat lonjong. Disebut inkaserata karena hernia yang isi kantongnya
tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai gangguan passage dan atau vaskularisasi.
B.
Etiologi
Penyebab
terjadinya hernia ada dua yaitu :
3. Kongenital
Terjadi sejak
lahir.
4. Didapat
(acquired)
Terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut.
Disebabkan adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang
lama misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses kencing
(hipertropi prostat, striktur uretra), ascites dan sebagainya.
C.
Patologi anatomi
Hernia
terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritoneum, isi
hernia yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ
intraperitoneal lain atau organ ekstraperitoneal seperti ovarium, apendiks
divertikel dan buli – buli. Unsur terakhir adalah struktur yang menutupi
kantong hernia yang dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus atau organ - organ lain misalnya paru dan sebagainya.
Pada
hernia inguinal lateralis (indirek) lengkung usus keluar melalui kanalis
inguinalis dan mengikuti kora spermatikus (pria) atau ligamen sekitar (wanita).
Ini diakibatkan gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup testis turun ke dalam
skrotum atau fiksasi ovarium.
Pada
pertumbuhan janin (+ 3 minggu) testis yang mula – mula terletak di atas
mengalami penurunan (desensus) menuju ke skrotum. Pada waktu testis turun
melewati inguinal sampai skrotum prossesus
vaginalis peritoneal yang terbuka dan berhubungan dengan rongga
peritoneum mengalami obliterasi dan setelah testis sampai pada skrotum,
prossesus vaginalis peritoneal seluruhnya tertutup (obliterasi). Bila ada
gangguan obliterasi maka seluruh prossesus vaginalis peritoneal terbuka,
terjadilah hernia inguinalis lateralis.
Hernia inguinalis lateralis lebih sering didapatkan dibagian kanan (+
60 %). Hal ini disebabkan karena
proses desensus dan testis kanan lebih lambat dibandingkan dengan yang kiri.
D.
Tanda dan gejala
Pasien mengeluh benjolan pada lipat paha atau
perut di bagian bawah. Benjolan dapat keluar dan masuk di daerah kemaluan,
kadang – kadang terasa kemeng. Bisa terjadi obstruksi usus seperti bising usus
nada tinggi sampai tak ada, mual dan muntah.
E.
Penatalaksanaan.
1. Manajemen
medis
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis
selalu harus diobati dengan jalan pembedahan. Pembedahan secepat mungkin
setelah diagnosa ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis
lateralis adalah :
a. Herniotomy : membuang kantong hernia, ini
terutama pada anak – anak karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya
kelemahan dinding perut.
b. Herniorrhaphy : membuang kantong hernia
disertai tindakan bedah plastik untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di
belakang kanalis inguinalis.
Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi
pembedahan atau menolak dilakukan pembedahan, dapat dianjurkan untuk memakai
sabuk hernia (truss). Sabuk itu dipakai waktu pagi dimana penderita
aktif dan dilepas pada waktu istirahat (malam).
2. Manajemen
keperawatan
c. Pre
operasi :
Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan (pembengkakan) di daerah
inguinal, cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan penanganannya.
Pengkajian juga ditujukan pada riwayat.
Diagnosa keperawatan : masalah keperawatan yang bisa muncul adalah
gangguan kenyamanan, kecemasan, kurang pengetahuan dan resiko tinggi terjadi
reinkarserata.
Intervensi keperawatan (secara umum) ; beri posisi kepala tempat tidur
ditinggikan, bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali secara manual,
anjurkan menggunakan sabuk hernia, beri analgesik sesuai advis, hindari
manuever yang bisa meningkatkan tekanan intraabdominal : batuk kronik, angkat
berat, mengedan secara kuat dan anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yang
bengkak.
d. Post
operasi :
Dihubungkan
dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah resiko tinggi infeksi, masalah
gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan luka operasi, dan pendidikan pasien
untuk perencanaan pulang.
konsep keperawatan
- Pengkajian
Riwayat
kesehatan diambil untuk mengidentifikasi awitan, durasi, dan karakteristik
nyeri abdomen (nyeri bersifat hilang timbul)
a.
Obstruksi usus halus
Adanya muntah
yang mulanya mengandung empedu dan mukus dan tetap demikian bila obstruksinya tinggi.
Pada obstruksi ileum, muntahan menjadi fekulen yaitu muntahan berwarna jingga
dan berbau busuk. Konstipasi dan
kegagalan mengeluarkan gas dalam rectum merupakan gejala yang sering ditemukan
bila obstruksinya komplit. Diare kadang terdapat pada obstruksi parsial.
Pengkajian pola eliminasi usus mencakup karakter dan frekuensinya. Pasien dapat
melaporkan gangguan pola tidur bila nyeri
dan diare terjadi pada malam hari.
b.
Obstruksi usus besar
Nyeri perut yang
bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi
intensitasnya jauh lebih rendah. Muntah muncul terakhir terutama bila katup
ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi disigmoid dan rectum,
konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya selama beberapa hari. Akhirnya
abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat
dari luar melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri
abdomen bawah.
Pengkajian
objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus dan karakteristiknya
; palpasi abdomen terhadap distensi, nyeri tekan. Adanya temuan peningkatan suhu tubuh
mengindikasikan telah ada kontaminasi peritonium dengan isi usus yang telah
terinfeksi.
- .Diagnosa keperawatan
- Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan
- Retensi urine berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan bawah
- Diagnosa keperawatan kurangnya pengetahuan
- Resiko tinggi terjadinnya reinkarserata preoperasi
- Perencanaan
1.
Nyeri
(khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau
intervensi pembedahan
Tujuan ; dalam 1 jam
ntervensi, persepsi subjektif pasien tentang ketidaknyamanan menurun, seperti
ditunjukkan skala nyeri . indikator subjektif seperti meringis tidak ada atau
menurun.
Intervensi :
- Kaji dan catat nyeri ; beratnya, karakter, lokasi durasi, faktor pencetus dan metode penghilangan. Tentukan skala nyeri dengan pasien, rentang ketidaknyamanan dari 0 (tidak ada nyeri) sampai 10 (nyeri hebat). Laporkan nyeri berat, menetap yang menandakan komplikasi.
- Beri tahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang batuk, mengangkat benda yang berat. Ajarkan menekan incisi dengan tangan atau bantal selama episode batuk; ini khususnya penting selama priode pasca operasi awal dan selama 6 minggu setelah pembedahan.
- Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum / kompres es, yang sering diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri setelah perbaikan hernia inlingualis
- Ajarkan pasien bagaimana menggunakan dekker (truss), bila diprogramkan, dan anjurkan penggunaannya sebanyak mungkin, khususnya jika turun dari tempat tidur. Catatan : pasang truss sebelum pasien turun dari tempat tidur.
- Berikan analgesik sesuai dengan program yang diindikasikan, secara khusus sebelum aktivitas pasca operasi, gunakan indakan kenyamanan; distraksi, interaksi verbal untuk meningkatkan ekspresi perasaan dan menurunkan ancietas, gosokan punggung, dan tehnik reduksi stress, seperti latihan relaksasi. Catat derajat penghilangan yang didapat dengan menggunakan skala nyeri.
2. Retensi urine berhubungan dengan nyeri,
trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan bawah
tujuan ;dalam 8-10 jam pembedahan, pasien berkemih
tanpa kesulitan, haluaran urine ≥ 100ml selama setiap berkemih dan adekuat
(kira-kira 1.000-1500 ml) selama priode 24 jam
intervensi :
- kaji dan catat distensi supra pubik atau keluahan pasien tidak berkemih.
- Pantau haluaran urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering < 100 ml dalam satu waktu
- Permudah berkemih dengan mengimplementasikan intervensi pada retensi urine jika tepat coba tindakan non-invasif untuk mengeluarkan urine ; posisikan pasien pada posisi normal berkemih; minta pasien untuk mendengarkan bunyi air yang mengalir dan tempatkan tangan pada baskom air hangat jika tindakan ini tidak efektif coba menyiramkan air hangat diatas perineum, kecuali dikontraindikasikan . metode Cre”de (tekanan diberikan dari umbilikus sampai pubis) dapat digunakan untuk merangsang refleks berkemih yang lemah.
3. Diagnosa
keperawatan kurangnya pengetahuan
Tujuan
: pengetahuan pasien dan keluarga tentang proses penyakit dan penanganannya
meningkat setelah 3 kali pertemuan.
Kriteria : - dapat menyebutkan pengertian, penyebab dan
tanda/gejala
-
dapat
menyebutkan penanganan bila terjadi reinkarserata
-
dapat
menyebutkan aktivitas yang menyebabkan reinkarserata
-
dapat
memahami pembedahan yang akan dialami
Intervensi :
- Kaji tingkat pengetahuan pasien
Rasional : tingkat pengetahuan membantu
menentukan metoda dalam memberikan pendidikan kepada pasien
- Berikan penjelasan mengenai hernia : pengertian, penyebab dan proses serta penanganan dengan jelas.
Rasional
: penjelasan yang jelas membuat pasien dan keluarga cepat memahami sehingga
pengetahuan meningkat.
- Berikan penguatan bila pasien mampu menyebutkan kembali apa yang sudah dijelaskan.
Rasional
: pasien akan lebih mudah mengingat jika diberi reinforcement oleh perawat
mengenai pemahamannya.
- Anjurkan pasien untuk menanyakan kepada pasien di samping untuk berbagi pengalaman
Rasional
: eksplorasi penggalaman dengan pasien lain dalam pembedahan yang sama membantu
meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga
4. Diagnosa
keperawatan
Tujuan : selama menunggu jadwal
pembedahan tidak terjadi tanda dan
gejala reinkarserata.
Kriteria
: - tidak mengeluh nyeri
-
tidak ada benjolan/pembengkakan di lipat paha
-
tidak mengeluh mual dan muntah
-
ADL dilakukan sesuai kemampuan pasien
Intervensi :
- Berikan penjelasan dan monitor tanda – tanda terjadinya reinkarserata
Rasional : indikasi pembedahan elektif
atau pembedahan emergensi.
- Observasi tanda vital
Rasional : mengetahui perubahan dan perkembangan
tanda vital pasien sehingga tepat dalam menentukan tindakan selanjutnya.
- Anjurkan pasien untuk tidur dengan kepala tempat tidur ditinggikan.
Rasional : posisi
kaki lebih tinggi dari kepala tempat tidur memungkinkan penurunan/penonjolan
isi hernia berkurang.
- Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas harian tanpa memerlukan energi yang tinggi.
Rasional
:aktivitas yg berlebihan meningkatkan tekanan intra abdominal sehingga
memudahkan penurunan/penonjolan isi hernia.
- Anjurkan pasien untuk menggunakan celana hernia (truss)
Rasional : celana hernia
membantu mencegah turunnya isi hernia ke lipat paha.
5. Diagnosa
keperawatan .
Tujuan
: setelah diberi tindakan keperawatan selama 3 jam pasien merasa nyaman (tidak
merasa nyeri).
Kriteria
: - pasien rileks
-
tenang
-
tidak ada penonjolan pada daerah lipat paha
-
tanda vital dalam batas normal : Tensi 120/80, Nadi 100
x/menit, pernapasan 12 kali/menit dan suhu 373oC.
Intervensi :
- Kaji tingkat nyeri pasien
Rasional : pnentuan tindak selanjutnya
- Anjurkan teknik relaksasi
Rasional : teknik relaksasi
membantu mengurangi peningkatan tekanan intrabdominal
- Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional : membantu mengurangi
atau menghilangkan nyeri
- Dorong secara manual isi hernia agar kembali ke atas.
Rasional : mencegah terjadinya
strangulasi yang bisa menambah nyeri yang dialami pasien
- Pertahankan sikap yang kalem
Rasional : sikap yang kalem
dan lingkungan tenang membantu pasien mengontrol nyeri dan mengurangi kecemasan
pasien.
Daftar Pustaka
Carpenito,J,L
(1999). ”Rencana Asuhan Dan
Dokumentasi Keperawatan “ Edisi 2 Penerbit Buku Kedokteran (EGC),
Jakarta 2002
D.D.Ignatavicius
dan M.V.Bayne (1991), ”Medical Surgical Nursing“, A Nursing
Process Approach, W. B. Saunders Company, Philadelphia
Doenges
M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care
(2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.
Engrand,
Barbara (1999), Keperawatan Medikal Bedah, volume 4, Jakarta, EGC
Goodner,
Brenda & Roth, S.L. (1995), “Panduan Tindakan Keperawatan Klinik
Praktis”, alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran
(EGC), Jakarta 2002, Jakarta
Long;
BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing
Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.
Senat
Mahasiswa FK Unair (1996) Diktat Kuliah Ilmu Bedah 1, Surabaya
Swearingen, 2001 ” Keperawatan Medikal Bedah “ Penerbit Buku Kedokteran (EGC), Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar