Jumat, 28 Februari 2014

Askep Herpes zoster



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
“HERPES ZOSTER”




Oleh :
FADLI
13 14201 007




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) BONE

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
WATAMPONE
2013

 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HERPES ZOSTER
I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Herpes Zoster disebut juga Shingles. Di kalangan awam populer atau lebih dikenal dengan sebutan “Dampa” atau “Cacar Air”. Herpes Zoster merupakan infeksi virus yang akut pada bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf. Hal ini menyebabkan erupsi kulit yang terasa sangat nyeri berupa lepuhan yang berisi cairan. Herpes Zoster disebabkan oleh Virus Varicella Zoster (virus yang juga menyebabkan Penyakit Varicella atau Cacar / Chickenpox).
Herpes Zoster adalah penyakit setempat yang terjadi terutama pada orang tua yang khas ditandai oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta adanya erupsi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang di inervasi oleh serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensoris dari nervus cranialis.
Herpes Zoster rupanya menggambarkan reaktivasi dari refleksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten mengikuti infeksi Varicella yang telah ada sebelumnya. Hubungan Varicella dan Herpes Zoster pertama kali ditemukan oleh Von Gokay pada tahun 1888. ia menemukan penderita anak – anak yang dapat terkena Varisela setelah mengalami kontak dengan individu yang mengalami infeksi Herpes Zoster.
Implikasi neurologik dari distribusi lesi sementara Herpes Zoster diperkenalkan oleh Richard Bright tahun 1931 dan adanya peradangan ganglion sensoris dan saraf spinal pertama kali diuraikan oleh Von Bareusprung pada tahun 1862. Herpes Zoster dapat mengenai kedua jenis kelamin dan semua ras dengan frekuensi yang sama.
B. Etiologi
Herpes Zoster disebabkan oleh Virus Varicella Zoster. Virus Varicella Zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit protein – virion yang lengkap dengan diameternya 150 – 200 nm dan hanya virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organik, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14 – 21 hari.
C. Patofisiologi
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virus akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensoris setelah infeksi chickenpox pada masa anak – anak. Sekitar 20 % orang yang menderita Cacar akan menderita Shingles selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom.
- Faktor Resiko
1. Usia lebih dari 50 tahun. Infeksi ini sering terjadi pada usia tersebut akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita Herpes Zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari immunocompromised.
3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.
- Faktor Pencetus
1. Trauma atau luka.
2. Kelelahan.
3. Demam.
4. Alcohol.
5. Gangguan pencernaan.
6. Obat – obatan.
7. Sinar ultraviolet.
8. Haid.
9. Stress.
D. Tanda dan Gejala
a. Gejala Prodomal atau Kataral
1). Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal, berlangsung selama 1 – 4 hari.
2). Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin (penekanan kulit), nyeri (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan.
3).    Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus – menerus atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.
4). Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata, kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain – lain.
b. Gejala Erupsi
1.     Timbul erupsi kulit.
2.     Kadang terjadi limfadenopati regional.
3.     Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang di persarafi oleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Yang tersering di daerah ganglion torakalis.
4.     Lesi dimulai dengan makula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papula – papula dan dalam waktu 12 – 24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7 – 10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2 – 3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang.
5.     Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4, kadang – kadang sampai hari ke 7.
6.     Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitive terhadap nyeri yang dialami.
c. Gejala Konvalensi
1.     Erupsi mulai mongering dan membentuk keropeng pada hari ke 5 setelsh kemunculannya.
2.     Erupsi yang luas atau menetap lebih dari 2 minggu biasanya menunjukkan bahwa sistem kekebalan penderita tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
3.     Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan makula hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted scar).
E. Komplikasi
1. Neuralgia Pasca Herpes Zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodic (singkat dan tidak terus – menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di dermatom yang terkena setelah erupsi.
2.  Herpes Zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu bulan setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan menghilang spontan setelah 1 – 6 bulan
3.  Gangren superfisialis menunjukan Herpes Zoster yang berat, mengakibatkan hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
4. Komplikasi mata, antara lain : Konjungtivitis, Keratitis Epithelial, Skleritis, Uveitis, Glaucoma Sekunder, Ptosis Paralitik, Korioretinitis, Neuritis Optika, Iridosiklitis dan Paresis otot penggerak bola mata.
5. Herpes Zoster diseminata / generalisata.
6. Komplikasi sitemik, antara lain : Endokarditis, Menigosefalitis, Paralysis saraf motorik, Progressive Multi Focal Leukoenche Phatopathy dan Angitis Serebral Granulomatosa disertai Hemiplegi (2 terakhir ini merupakan komplikasi herpes zoster optalmik).
7.  Syndrom Ramsay Hunt akibat gangguan saraf fasialis dan saraf optikus dengan gejala lumpuh otot wajah (Paralisis Fasialis), telinga berdenging, sakit kepala, gangguan pendengaran dan mual. Kelumpuhan otot pada 1 – 5 % kasus biasanya timbul dalam 2 minggu sejak kelainan kulit muncul. Umumnya sembuh spontan.
F. Pemeriksaan
Tes diagnostik untuk membedakan dari Impetigo, Kontak Dermatitis dan Herpes Simplex :
1.  Tzanck Smear: mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan Herpes Zoster dan Herpes Simplex.
2.  Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis herpes virus.
3. Immunofluororescent : mengidentifikasi Varicella di sel kulit.
4. Pemeriksaan histopatologik.
5. Pemerikasaan mikroskop elektron.
6. Kultur virus.
7. Identifikasi anti gen atau asam nukleat VVZ.
8. Deteksi antibody terhadap infeksi virus. 
G. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
a. Pengobatan topical
  •  Pada stadium vesikular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kaladin untuk mencegah vesikel   pecah.
  •   Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit.
  •   Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin / polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari.
b. Pengobatan sistemik
Drug of choice-nya adalah acyclovir 5 x 800 mg perhari yang dapat mengintervensi sintesis virus dan replikasinya. Selain itu juga dapat menggunakan valasiklovir 3 x 1000 mg perhari atau famasiklovir 3 x 500 mg perhari. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia.
Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara – A, Vira – A) dapat diberikan lewat infus intravena atau salep mata.
Pemberian analgetik, dalam bentuk salep misalnya capsaicin dan lidokain.
Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan respon immune. Biasanya mempergunakan prednisone 3 x 20 mg perhari. Setelah sembuh, dosis dapat di turunkan bertahap.
Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.
  •    Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus juga dapat diberikan.
  •    Neuralgia Pasca Herpes zoster
Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 – 75 mg/hari atau nutriplitin dan atau pregabalin saat post herpes).
Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian terpenting perawatan
Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak teratasi.


II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat
  •  Riwayat menderita penyakit cacar
  • Riwayat immunocompromised (HIV/AIDS, leukimia)
  •  Riwayat terapi radiasi
2. Diet

3. Keluhan utama
  •  Nyeri
  •  Sensasi gatal
  •  Lesi kulit
  •  Kemerahan
  •  Fatige
4. Riwayat psikososial
  •  Kondisi psikologis pasien
  •  Kecemasan
  •  Respon pasien terhadap penyakit
5. Pemeriksaan fisik
  •  Tanda vital
  •  Tes diagnostik

B. Diagnosa
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama yang muncul adalah :
1.   Nyeri berhubungan dengan adanya lesi kulit.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus dan nyeri dari lesi herpes.
3.   Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan fungsi barier kulit.

C. Intervensi keperawatan
1.   Nyeri berhubungan dengan adanya lesi kulit.
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang, dengan kriteria:
-   Secara verbal klien merasa tidak nyeri
-   klien nampak rileks.
-   TTV normal

No.
Intervensi
Rasional
1.

2.




3.

4.



5.



6.


7.



8

-       Kaji  Intensitas lokasi dan durasi  nyeri
-       Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan TTV.
-       Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam, & distraksi )
-       Anjurkan klien untuk memilih posisi yang nyaman, dengan mengurangi tekanan pada lesi kulit
-       Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
-       HE ttg Penyebab nyeri dan cara menurunkan nyeri

-        Kolaborasi pemberian valasiklovir 3 x 1000 mg perhari atau famasiklovir 3 x 500 mg perhari.
-       Kolaborasi pemberian analgetik sesuai Indikasi
-       Data dasar intervensi selanjutnya

-       Perubahan TTV, utamanya suhu indikasi adanya nyeri dan infeksi.



-       Menurunkan stimulus nyeri

-       Meningkatkan pengetahuan klien



-       Penekanan yang berlebihan pada daerah lesi kulit dapat menimbulkan nyeri.

-       Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan.
-        Menurunkan rasa nyeri



-       Menghilangkan nyeri



2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus dan nyeri dari lesi herpes.
      Tujuan: Pola tidur klien terpenuhi, dengan kriteria:
-       Klein dapat tidur Nyenyak
No.
Intervensi
Rasional
1.
2.

  3.

4.


5.
-       Kaji pola tidur klien.
-       Ciptakan lingkungan yang nyaman.
-       Atur pencahayaan di kamar tidur klien.
-       HE tetang Penyebab dengan perubahan pola tidur pada klien
-       Kolaborasi pemberian obat tidur sesuai indikasi
-       Data dasar intervensi selanjutnya
-       Meningkatkan pola tidur klien.

-    Meningkatkan pola tidur klien.
-  Meningkatkan pengetahuan klien dan hubungannya dgn perubahan tidur yg terjadi.
-   meningkatkan waktu tidur klien




3.   Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan fungsi barier kulit.
           Tujuan : Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya infeksi setelah mendapatkan perawatan 2x 24 jam. Dengan kriteria:
-  Tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi
-  TTV klien dalam keadaan normal.
No.
Intervensi
Rasional
1.


 2.






3.

4

5.


6.

7.


8.
-       Pantau suhu, nadi, dan sel darah putih (SDP), sesuai indikasi.
-        
-       Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit.
- Anjurkan pasien untuk melaporkan jika terjadi demam, drainase yang berbau busuk dan muncul pus.
-   Tempatkan klien pada ruangan yang steril/ bersih
-       Pastikan Personal hygiene tetap terjaga/ terpenuhi
-       HE Tentang pentinya hidup bersih dan cara hidup bersih

-       Kolaborasi Pemberian obat antibiotik
-   Perubahan suhu, tanda-tanda vital serta peningkatan sel darah putih menandakan infeksi.
-       Mencegah infeksi mikroorganisme





- Informasi yang cepat dapat membantu menuntukan intevensi yang cepat dan tepat untuk penanganan klien.

-       Antisipasi terjadinya infeksi


-       Menjaga kebersihan klien dapat minimalisir terjadinya infeksi
-       Meningkatkan pengetahuan klien mengenai mamfaat hidup bersih dan caranya.
-       Mencegah terjadinya infeksi



Daftar Pustaka

-          Media Aesculaplus UI. Fakultas Kedokteran 2001, ”Kapita Selekta Kedokteran ”
-          www. HERPES ZOSTER.


CATATAN " jayalah perawat indonesia
                          stikes prima bone "

                                                                                                               penulis
                                                                                                         F A D L I      








 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar